Sebelum kita melangkah terlalu jauh tentang investasi, berikut 6 hal yang wajib dilakukan sebelum memulai:
1. Evaluasi financial roadmap saat ini
Sebelum mengambil langkah untuk berinvestasi, ada baiknya kita duduk
sejenak untuk mengevaluasi kondisi keuangan saat ini. Ketahui apa yang
menjadi tujuan finansial kita dan seberapa besar toleransi kita terhadap
risiko, serta keterkaitan berbagai faktor tersebut dengan kondisi
perekonomian saat ini.
2. Evaluasi comfort zone Anda dalam mengambil risiko
Jika kita sudah menentukan sebuah tujuan finansial jangka panjang
maka kecenderungannya adalah kita akan mendapat keuntungan yang lebih
dengan berinvestasi di instrumen-instrumen yang juga memiliki risiko
lebih besar, seperti saham atau obligasi, dibandingkan dengan investasi
pada pasar uang yang berisiko lebih kecil tetapi hanya akan mendatangkan
keuntungan jangka pendek. Oleh karena itu, sangat penting untuk
mengukur keberanian diri kita sendiri mengambil risiko sebelum mulai
berinvestasi. Pertanyaannya adalah, apakah Anda siap mengambil risiko
yang besar akibat volatilitas pasar untuk mendapatkan keuntungan jangka
panjang yang lebih besar?
3. Pertimbangkan komposisi investasi yang terdiversifikasi
“Don’t put all your eggs in one basket” – adalah Golden Rule dalam
berinvestasi. Oleh karena itu, investor harus lakukan diversifikasi
dalam investasi. Diversifikasi bukan berarti eliminasi, namun berarti
membagi portofolio investasi ke berbagai jenis aset dengan komposisi
yang sesuai dengan profil risikonya. Dengan melakukan diversifikasi
investasi, kita dapat menurunkan tingkat risiko kerugian dan keuntungan
yang didapat pun akan melalui jalan yang “lebih mulus”.
4. Siapkan dana darurat minimal 12 bulan
“Investor harus disiplin untuk menyimpan dana darurat, yaitu dana
sebesar 12 bulan pengeluaran kita,” ungkap Harsya Prasetyo, Retail
Investment & Consumer Treasury Head Citi Indonesia saat berlangsung
acara Financial Education Series di Jakarta pertengahan Mei
lalu. Dana darurat penting untuk menyambung hidup ketika kita dihadapkan
pada kondisi-kondisi darurat, seperti pemutusan hubungan kerja (PHK)
dan kondisi ekonomi yang melesu. “Mengapa 12 bulan? Karena biasanya
orang butuh 6-12 bulan untuk mencari pekerjaan baru,” tambah Harsya.
5. Pertimbangkan untuk rebalancing portofolio investasi Anda secara berkala
Rebalancing adalah tindakan mengembalikan komposisi
portofolio ke komposisi dasar sebagaimana ditetapkan dalam alokasi aset
dasar. Seiring dengan perjalanan waktu sebagian dari investasi mungkin
bergerak tidak sejalan dengan tujuan investasi. Beberapa instrumen dalam
portofolio investasi mungkin mengalami pertumbuhan lebih cepat
dibandingkan dengan instrumen lainnya. Dengan melakukan rebalancing secara berkala,
investor dapat memastikan bahwa portofolionya tidak terlalu terfokus
pada kategori aset tertentu, dan bahwa imbal hasil portofolio secara
keseluruhan akan dicapai pada tingkat risiko yang bisa diterima.
6. Pertimbangkan strategi Dollar Cost Averaging
Konsep dari strategi Dollar Cost Averaging (DCA) adalah
melakukan investasi yang rutin dalam jumlah yang sama tanpa mempedulikan
berapa Nilai Aktiva Bersih (NAB) saat itu. Dengan kata lain, kita
mencicil investasi. Tujuan dari strategi ini adalah untuk mengurangi
risiko yang muncul jika kita berinvestasi secara lump-sum (mengalokasikan seluruh dana investasi secara menyeluruh pada waktu yang bersamaan. Dengan
DCA, kita bisa terhindar dari kerugian yang lebih besar saat pasar
melesu nanti. Atau dengan kata lain, walaupun strategi investasi DCA
memberikan keuntungan yang lebih kecil dibandingkan investasi secara lump-sum, tetapi kemungkinan kita terkena imbas turunnya pasar juga semakin kecil karena DCA memperkecil volatilitas investasi kita.
Nah, sudah siapkah kita memulai investasi?
0 komentar:
Posting Komentar