Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya pada level 7,5 persen. Gubernur BI Agus Martowardojo menuturkan ada
beberapa alasan mengapa BI memilih untuk mempertahankan tingkat suku
bunga acuannya.
Pertama, dari sisi eksternal, pemulihan ekonomi global masih berjalan
tidak seimbang dengan resiko di pasar keuangan global yang masih
tinggi.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi diperkirakan tidak
secepat perkiraan semula seiring lebih rendahnya perkiraan pertumbuhan
ekonomi Amerika Serikat (AS) dan China.
Perkiraan ekonomi AS tersebut didorong melambatnya kegiatan produksi
terutama akibat menurunnya permintaan eksternal sejalan dengan penguatan
dolar AS terhadap mata uang dunia.
"Kemudian kebijakan
normalisasi The Fed sudah dipastikan. Hanya menunggu waktunya kapan dan
berapa besar akan meningkat. Namun kondisi dunia secara umum masih lebih
tidak pasti dibandingkan dengan periode sebelumnya. Ini jadi perhatian
kita, karena periode ini periode risk on-risk off yang langsung berdampak kepada negara lain termasuk Indonesia," ujarnya di Gedung BI, Jakarta, Selasa (19/5/2015).
Selain
itu, pertumbuhan ekonomi China yang masih mengalami koreksi sehingga
memberikan berdampak pada mitra dagang utamanya termasuk Indonesia.
"China merevisi pertumbuhannya hingga di bawah 7 persen, bahkan 6,8 persen," lanjutnya.
Selain
itu, harga komoditi ekspor Indonesia pada 2014 yang terkoreksi 4
persen-5 persen. Dan pada 2015 diharapkan komoditi terkoreksi di atas
5,5 persen, namun saat ini sudah terkoreksi hingga sebesar 11,5 persen,
seperti batubara, mineral, sawit, minyak dan gas.
"Untuk minyak
dan gas saja yang pada tahun lalu ada koreksi harga dan sekarang ada
perbikan khususnya di tempat penghasil minyak seperti Riau, Kalimantan
Timur, Papua Barat dan Aceh itu besar sekali sehingga pada kuartal I
betul-betul wilayah Sumetara dan Kalimantan mengalami pertumbuhan yang
tertekan karena komiditi andalan itu tertekan," kata dia.
Sementara
dari sisi internal, pemerintah juga masih perlu mewaspadai ada inflasi
yang sudah dikisaran 7 persen (yoy). Meski pada 2013 dan 2014 tingkat
inflasinya lebih tinggi yaitu sebesar 8,3 persen.
Namun angka inflasi 7 persen tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan
negara berkembang lain dan negara ASEAN Five yang inflasinya berada di
bawah 4 persen.
"Kalau sekarang sampai akhir April sebesar 7 persen (yoy)
atau 6,9 persen masih tinggi, tapi diperkirakan di kuartal III masih
diatas 6 persen. Baru di 2015 akhir akan ada di 4+-1 persen. Kita cukup
gembira karena sekarang ada di kisaran 4,2 persen. Tapi resiko masih
banyak, antara lain resiko nilai tukar, kalau terjadi dampak inflasi
bisa serius. Kalau harga minyak meningkat dan BBM mengalami penyesuaian
dampak ke inflasi. Volatile food juga harus kita jaga," tandas dia.
Selasa, 19 Mei 2015
Home »
» Ini Dasar BI Pertahankan Tingkat Suku Bunga 7,5%
0 komentar:
Posting Komentar